Menjalankan sebuah bisnis tidak selalu hanya mencari keuntungan semata. Dalam prosesnya, banyak pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberlangsungan bisnis. Semakin hari, makin banyak orang menyadari bahwa mencari keuntungan tidak lantas bisa memuaskan hasrat untuk berbuat hal yang berguna. Hingga akhirnya hadirlah konsep kewirausahaan sosial atau “social enterprise” yang diyakini sebagai ide bisnis yang tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga memberikan manfaat nyata terhadap lingkungan sosial. Lantas, sebenarnya bagaimana sih praktik nyata dari kewirausahaan sosial? Benarkah jika kewirausahaan sosial sulit mendapatkan keuntungan? Yuk simak penjelasan lengkapnya bersama Diatrhi W. Hastono, founder dari Panti Mandiri!

Atrhi, sapaan akrabnya merupakan peserta Program Fast Track yang saat ini berstatus sebagai mahasiswa Sarjana Manajemen Bisnis angkatan 13 dan MM Wijawiyata Manajemen angkatan 84. Saat ini, ia sedang mengembangkan inkubator bisnis dengan konsep kewirausahaan sosial. Pada episode PPM Network kali ini, Atrhi menceritakan bagaimana awalnya ia memilih untuk mengembangkan kewirausahaan sosial daripada kewirausahaan konvensional.

Gagasan untuk mengusung kewirausahaan sosial sebagai ide inkubator bisnis ini muncul ketika ia memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah lulus kelak. Apakah hanya sebatas mencari uang? Ia merasa telah mendapatkan banyak ilmu selama berkuliah yang bisa bermanfaat oleh sesama. Kemudian ia teringat akan hubungan dekatnya dengan adik-adik penghuni panti asuhan sejak kecil. Ia lantas menceritakan idenya untuk memberdayakan adik-adik panti kepada beberapa orang dosen dan mendapatkan respon yang positif. Meski awalnya ragu, akhirnya dengan semangat untuk memberdayakan penghuni panti melalui pendidikan dan pendampingan bisnis Atrhi mulai mendirikan Panti Mandiri sebagai inkubator bisnis sosialnya.

Panti Mandiri memiliki visi ‘dari panti menuju dunia’. Jika selama ini panti asuhan beroperasi hanya dengan mengandalkan santunan dari masyarakat, Atrhi ingin mengajak para penghuni panti untuk hidup mandiri dan menolong diri sendiri. Ini sejalan dengan cita-cita Atrhi untuk membantu para penghuni panti kelak menjadi orang yang sukses dan bangkit dari keterbatasan.

Baca Juga : Membangun Bisnis di Instagram Tanpa Modal

Saat ini Panti Mandiri sedang menggelar kelas pertamanya. Pada kelas tersebut, para adik panti dibimbing untuk mengembangkan ide bisnis makanan ringan. Nantinya hasil dari penjualan produk tersebut akan dibagi antara adik panti dan panti yang bersangkutan. Jika berhasil, kelak pihak panti juga akan bekerjasama agar para adik panti bisa mempresentasikan ide bisnis tersebut kepada donatur sekaligus mencari investor.

Atrhi menyampaikan pentingnya langkah awal ketika memulai hal baru. Pertama, berkumpul dengan orang-orang yang bisa meyakinkan diri sendiri dan bangun sebuah support system. Kedua, tingkatkan kepekaan sosial dengan bergabung dengan komunitas sosial. Terakhir, jangan lupa untuk berpegang teguh dengan apa yang sudah dilakukan selama ini. Godaan seperti rasa bosan akan selalu datang, namun bijak untuk mengingatkan diri mengapa memilih keputusan ini, remember why you started. Telah banyak hal yang dilalui untuk mencapai titik ini, sehingga kita harus bisa mempertanggungjawabkan pilihan yang telah diambil. 

Baca Juga : Go Beyond Limits: Sukses Kuliah dan Berkarir di Luar Negeri

Beragam cerita dialaminya selama mengembangkan Panti Mandiri. Mulai dari sikap para adik panti yang perlahan lebih terbuka dengan kehadirannya dan menerima gagasan-gagasannya, rasa percaya diri mereka yang semakin meningkat, hingga evaluasi diri dari aktivitas yang belum memenuhi target. Ia percaya setiap hal punya sisi positif untuk dipelajari.  

Terakhir, Atrhi menutup pembicaraan dengan mengajak para penonton agar lebih sensitif terhadap lingkungan sosial. Pasti ada yang dapat kita lakukan, sekalipun sederhana.  Percayalah dari tiap langkah kecil yang kita ambil, kelak akan menghasilkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Tidak lupa juga untuk selalu tanamkan respek kepada sesama dan tidak mengucilkan dan mengecilkan orang lain.

Jadi, sudah seberapa peka kita dengan lingkungan sekitar?