Satu tahun tepatnya Pandemi COVID-19 berlangsung di Indonesia, nampaknya kita semua sudah mulai beradaptasi dengan mekanisme interaksi sosial baru, begitu juga dengan pengusaha. Di tengah keterpurukan kondisi ekonomi, tak sedikit yang menjadikan situasi ini sebagai pembelajaran yang motivasi dan melahirkan kesempatan baru khususnya bagi perempuan. Melalui sesi Instagram Live bersama PPM School of Management, pemenang Puteri Indonesia 2016 sekaligus Founder Traxis Travel, Kezia Warouw membagikan kisahnya tentang definisi “Semangat Kartini”.

Sebagai seorang public figure, Kezia Warouw saat ini memiliki kesibukan yang cukup padat. Bekerja di dunia entertainment, pengusaha, seorang istri dan sebagai ibu menjadikan dirinya harus bisa membagi waktu dan bertanggung jawab di masing-masing pekerjaan tersebut dengan baik. Kezia selaku alumni program Magister Manajemen Eksekutif Muda angkatan 17 PPM SoM juga memiliki visi yang besar, sebagai co-founder sebuah startup agen perjalanan bernama Traxis Travel. Sosok Kezia adalah cerminan perempuan produktif yang dapat dijadikan contoh untuk terus berjuang dalam mencapai cita-cita.

Pandemi tentunya tak menjadi penghalang untuk mengimplementasikan ilmu yang dia miliki dalam membangun sebuah bisnis. Pandemi memang meninggalkan luka bagi banyak orang saat ini, namun kita tak bisa terus menerus terpuruk. Ada masa kita harus kembali bangkit dan menghadapi kenyataan. Di balik krisis, bagi sebagian orang, muncul peluang-peluang untuk kembali membangun bisnis baik dari awal atau membangun bisnis yang sudah berjalan. Nyatanya, jika diambil sisi positifnya, pandemi mampu memberikan motivasi bagi sosok Kezia untuk melakukan hal yang terbaik.

Jika mengaitkan semangat Kartini di kondisi seperti ini, menurut Kezia, perempuan saat ini menghadapi tantangan yang juga berat. Di masa pandemi, perempuan masa kini memiliki banyak tuntutan dan tanggung jawab karena mereka tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, tapi harus multitasking, dimana mereka harus bertanggung jawab bagi keluarga dan pekerjaannya. Kalau perempuan tersebut adalah seorang  pengusaha, maka para pengusaha ini pastinya memikirkan nasib para karyawan yang terkait juga dengan nasib para keluarganya.  Hal ini mencerminkan semangat yang diajarkan oleh ibu Kartini, yang berjuang tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk perempuan-perempuan Indonesia.

Dalam menyikapi kondisi sekarang ini, Kezia menjelaskan bahwa dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang pasti. Sebagai perempuan, harus bisa bertanggung jawab dan mengupayakan segala sesuatu dengan usaha yang terbaik. Kita juga harus selalu bersyukur karena masih bisa diberikan kesempatan bekerja atau berkarya walaupun melalui hal yang sederhana. Banyak diantara kita mungkin masih mengeluh, misalnya harus bekerja dari rumah, tapi kita juga mesti ingat bahwa banyak orang di luar sana yang menerima kenyataan pahit yaitu mengalami PHK.   

Dalam sesi tanya jawab, tak lupa Kezia memberikan insight terkait dua hal berbeda, yaitu bisnis dan menjawab pertanyaan tentang fenomena bullying antar perempuan yang kerap kali terjadi.

Perihal bisnis, pengusaha khususnya perempuan perlu memperhatikan anggaran yang dimiliki. Jangan bersifat boros untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu. Belajar dari pengelolaan bisnisnya, Kezia menceritakan bahwa saat ini, di Traxis Travel, dia banyak menahan biaya-biaya yang tidak perlu, apalagi regulasi pemerintah  mengenai izin melakukan perjalanan keluar kota maupun ke luar negeri masih ketat, begitu juga dengan regulasi di luar negeri. Lebih baik menunggu kebijakan-kebijakan yang sifatnya pasti.

Baca Juga : Social Enterprise through Millennials Lens

Bagi mereka yang membangun bisnis kuliner, saat ini biaya pemasaran semakin murah dengan memanfaatkan media sosial. Walaupun Kezia tidak ahli di bidang bisnis kuliner, melihat dari pengalaman keluarga dan kerabatnya yang mengelola bisnis kuliner, bisnis ini adalah salah satu jenis bisnis yang dapat bertahan di kala pandemi. Manfaatkan juga keluarga dan kerabat sebagai tokoh pemasaran, apalagi banyak dari mereka yang tak sungkan untuk memberikan dukungan pebisnis lokal atau UMKM.

Terakhir, dalam menanggapi bully-an sesama perempuan yang saat ini marak terjadi, menurut Kezia, sebagai perempuan kita harus merespon hal tersebut dengan bijak. Karena bully-anwajar terjadi, apalagi sesama perempuan pasti punya rasa iri. Sebaiknya kita sikapi dengan profesional dan berpikir positif. Jika kita melihat perempuan yang sukses, tanamkan di benak kita bahwa pencapaian mereka adalah hasil kerja keras mereka. Bisa saja mereka jauh lebih giat dan upayanya lebih maksimal. Dari hal tersebut, kita tanamkan motivasi ke diri, bahwa kita juga bisa mencapai kesuksesan. Kemudian, ada juga masa dimana kita harus bersikap masa bodoh atau mengabaikan hal-hal yang bernada  negatif, yaitu tunjukan dengan karya kita.

Baca Juga : Striving for Personal Growth through Formal & Informal Education

Sebagai penutup sesi, Kezia menanggapi, bahwa seperti quote dari ibu Kartini, “habis gelap, terbitlah terang”, bahwa pandemi ini tidak hanya dialami oleh sekelompok orang, pandemi melanda  semua orang di dunia. Yakinlah setelah masa krisis ini, akan ada hal yang indah yang menanti di depan.